Sabtu, 25 Agustus 2007

Tantangan dan Peluang Bekerja Secara Online

Tantangan dan Peluang Bekerja Secara Online

suarasurabaya.net| Peluang bekerja secara online kini semakin terbuka. Internet dengan kemampuan serba terkoneksi memungkinkan orang dapat bekerja kapan-dimana-dari mana dan kepada siapa saja secara simultan. Hal yang sebelumnya tidak ada menjadi ada. Sulit menjadi mudah. Awalnya bekerja sendiri menjadi bekerja secara kolaboratif. Hal yang tidak terpikirkan sebelumnya kini menjadi peluang baru. Satu disiplin ilmu menjadi multi disiplin.

Namun bekerja secara online atau secara virtual dan memasuki ranah organisasi virtual memerlukan komitmen dan tanggung jawab yang sangat tinggi. Budaya ini yang masih menjadi tantangan terdepan untuk membuat lompatan memanfaatkan Internet sebagai media dan bisnis.


Bekerja secara online

Sebelum ada Internet, tahun '90an sebuah perusahaan raksasa komputer melakukan reparasi jarak jauh dari Filipina terhadap sebuah sistem komputer di Bandung. Komunikasi dilakukan melalui private dedicated connection yang sangat mahal. Namun masih lebih murah dibanding mengirim engineer dari Manila ke Bandung. Karena masih mahalnya biaya komunikasi, pekerjaan secara remote itu hanya sanggup dilakukan oleh perusahaan besar. Ketika Internet ada dan menjadi medium komunikasi massalsemuanya menjadi murah. Perusahaan kecil sampai besarpun menengah dapat memanfaatkannya.

Sebuah biro iklan multinasional mendapatkan prospek klien sebuah produk otomotif. Untuk membuat konsep kreatif, biro iklan itu mengontak semua kantornya di seluruh dunia untuk mengirimkan portfolio iklan ketika menggarap klien otomotif lainnya. Dalam waktu 24 jam ratusan dokumen elektronik telah diterima oleh kantor itu di Indonesia.

Seorang konsultan manajemen tengah menangani kasus yang cukup kompleks di kliennya. Dengan segera ia mengontak para associate partners di belahan bumi lain untuk melakukan brainstorming melalui e-mail, online forum dan chatting. Rembugan itu seluruhnya dilakukan secara online. Jika diperlukan mereka dapat melakukan video conference secara real time. Inilah kerja kolaboratif secara online. Ibarat sebuah tim dokter spesialis yang menangani seorang pasien. Contoh-contoh yang terjadi di Indonesia ini adalah gambaran bahwa babak baru bekerja secara online telah merambah berbagai bidang pekerjaan.

Variasi bidang.

Bidang pekerjaan yang dapat dilakukan secara online memang bervariasi. Mulai dari yang highly skilled and knowledge worker hingga nantinya akan sampai ke semua tingkat keahlian. Cara kerja pun ada yang 100 persen pekerjaan dilakukan secara online, seperti webmaster yang menangani banyak situs web di Internet, seluruh pekerjaannya dapat dilakukan secara online.

Saat ini banyak perusahaan telah mulai mengurangi biaya untuk ruang kantor, listrik, peralatan dan tenaga tetap apabila perusahaan dapat menemukan mitra kerja yang handal secara online. Ambil contoh, untuk menyusun buku manual produk dan pekerjaan klerikal yang tetap dan berulang-ulang, pekerjaan itu dapat dialihdayakan (outsource) kepada pihak luar secara online. Di negara lain, ibu-ibu rumah tangga banyak yang telah menerima order sebagai tukang ketik (typist) dan penerjemah naskah secara online.

Kegiatan kerja yang sarat dengan penggunaan komputer dan online interaktif tentunya mudah sekali untuk berkembang ke modus kerja penuh secara online. Di bidang non komputer, kawan saya tinggal di Jakarta adalah seorang analis dan pedagang saham, bekerja sendiri cukup dari rumah dengan enam unit komputer setiap jam 11 malam WIB hingga pagi hari. Karena ia adalah online trader untuk pasar saham di Amerika. Pekerjaan itu ia kembangkan dengan menjadi advisor profesional bagi pemain saham lokal. Semua dilakukan secara online. Jadi belajar, meraih ilmu dan pengalaman, dan menjual knowledge nya semua dari dan dengan Internet.

Jika memandang Internet sebagai medium komunikasi, akan banyak lagi bidang yang dapat dikerjakan secara online. Mulai negosiasi (dealing), proses pengerjaan hingga penyerahan hasil nya melalui Internet. Dalam bidang seni-pun mulai maraknya galeri seni online menjadi kesempatan emas bagi seniman rupa lokal untuk masuk wilayah internasional. Sebenarnya tanpa biaya mahalpun, kepedulian pemerintah terhadap para pekerja seni dapat diwujudkan dengan membuka galeri online yang memfasilitasi karya-karya seniman Indonesia.

Beda dengan negara lain, masyarakat kita dari yang tradisional sampai ke modern, masih hidup di era pertanian, industri dan mulai ke masyarakat informasi. Semua bidang itu tidak saja memerlukan keterampilan penggunaan Internet secara maksimal. Di era informasi dan pengetahuan saat ini keterampilan memproduksi, mengolah dan mendistribusikan informasi sangat diperlukan semua bidang.

Ada korelasi bahwa jika lebar pita (bandwidth) Internet semakin lebar dan kecepatan akses semakin tinggi, akan semakin banyak bidang yang dapat dikerjakan secara online. Revolusi broadband Internet akan merubah semua lansekap dunia bisnis. Saat ini kita masih memerlukan jasa pengiriman paket untuk mengirim file dalam 1 buah CD/DVD. Namun jika dengan broadband Internet dalam orde megabit per detik, dokumen multimedia dapat kita kirimkan dalam volume yang lebih besar, waktu yang lebih singkat dan biaya yang lebih murah. Peluang untuk bekerja secara online pun semakin terbuka lebar.

Kepercayaan sebagai modal.

Sebelum bekerjasama dengan orang lain secara online, kesiapan mental dan sikap tanggung jawab terhadap diri sendiri adalah modal utama. Bekerja secara online memberi keleluasaan dalam mengatur waktu dan proses bekerja. Tanpa disiplin diri sendiri, keleluasaan waktu itu dapat menjadi bumerang hilangnya kepercayaan pihak lain terhadap kita sendiri.

Dunia online adalah jaringan kepercayaan (network of trust). Hanya individu dan perusahaan yang punya integritas tinggi yang dapat survive dalam persaingan online. Kasus hilangnya kepercayaan ini menimpa sebuah perusahaan software di Indonesia yang terpaksa menghentikan penerimaan order dari luar negeri karena kualitas etos kerja SDM yang tidak dapat memenuhi komitmen bekerja secara online. Lagi-lagi masalah TI di Indonesia bukanlah masalah penguasaan teknis, tapi sikap mental memperlakukan kemudahan teknologi itu sendiri.

Bagi individu maupun secara organisasi, memasuki wilayah kerja secara online seringkali memerlukan referensi dari pihak lain. Memperluas jaringan kerjasama adalah juga memperluas dan membangun kepercayaan. Apabila pekerjaan yang akan diberikan atau diterima cukup strategis, beberapa kali pertemuan tatap muka secara langsung masih diperlukan.

Seiring dengan perkembangan Internet sebagai medium komunikasi informasi, ada kebiasaan, budaya dan perjanjian tersendiri yang patut terus dicermati. Jangan sampai kita hanya menjadi penikmat teknologi yang konsumtif tanpa produktivitas.

LENDY WIDAYANA. Managing Partner IDD Research and Documentary

Tidak ada komentar:

Bibliography